Apakah semua musik akan dapat dipakai dalam ibadah? Marilah kita mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rev. Virgil C. Funk : ”The musician has every right to insist that music be godd. But although all liturgical music should be good music, not all good music is suitable to the liturgy. The nature of the liturgy itself will help to determine what kind of music is called for, what parts are to be preferred for singing and who is to sing them.”
Setiap musik mempunya tempat sendiri-sendiri, dan kesempatan untuk tiap musik dimainkan juga bebeda-beda, Oleh sebab itu seseorang yg berkecimpung dalam dunia musik gereja harus peka terhadap musik yg mereka pilih.
Bukan hanya yg mereka senangi atau kenal saja, tetapi terutama kesempatan yg diberikan itu harus sesuai dengan musik yg mereka pilih. Mengenai komposisinya, dapat dipilih dari yang klassik sampai dengan yg modern, asal sesuai dengan suasananya.
Dan harus diingat pagelaran musik gereja tidak boleh hanya menjadi sarana hiburan saja, tetapi harus membawa suasana beribadah yg mengingatkan manusia kepada kebesaran Allah sang Pencipta.
Carl Harter menulis dalam bukunya “The Practice of Sacred Music” : “The chief, and perhaps only, difference between the music of the church and secular music is a difference in function. Where secular music is free to address itself to any man’s emotions , the music of the church is restricted to serving the Word of God, its presentation to man and man’s response to the Word. Church Music is never an end in itself; nor its function to entertain.”
Jelaslah sekarang perbedaan antara musik gereja dan musik sekuler. Musik gereja harus selalu menunjukkan kepada Allah, tetapi musik sekuler adalah musik untuk diri sendiri (bagi pemusiknya maupun pendengarnya).
Musik harus dijadikan senjata utama dalam misi gereja di dunia, oleh karena itu “iman” dari para penyanyinya harus nampak dan dapat dirasakan melalui nyanyian atau musik yang dimainkannya. Kita tidak boleh memandang musik hanya sebagai pengisi acara kebaktian saja. Nyanyian Gereja/rohani bukan saja menjadi kesaksian, tetapi juga alat untuk menyampaikan kesaksian itu.
Musik sebagai alat pertumbuhan rohani harus dimulai dari lutut kita semua. Ia bertumbuh melalui iman dan pengabdian. Oleh karena itu musik harus dipilih berdasarkan kebenaran theologinya, baik dalam pemberitaannya maupun dalam penjiwaannya bukan hanya karena segi-segi artistik saja.
Karena musik adalah dari Allah dan untuk dikembalikan kepada Allah maka kita harus melihat kembali apa yang patut kita kerjakan untuk musik agar menempati porsi yang benar.
Pertama, kita harus menyadari betapa besar dan kuatnya pengaruh musik terhadap banyak hal, terutama emosi manusia.
Kedua, seni tidak dapat dicegah perkembangannya tetapi harus diikuti tanpa ikut terhanyut di dalamnya.
Dalam hal ini kita harus bergantung kepada pimipinan Roh Kudus. Bila kita telah memakai jenis musik yg mana saja, janganlah lupa untuk mengingat bahwa fungsi musik adalah untuk melayani dan memuliakan Allah, bukan untuk mencari pujian bagi diri pribadi.
Thomas L. Are dalam bukunya ”Faithsong” menulis bahwa musik itu mati, yang dapat memberikan hidup adalah penyanyinya atau pemain musiknya. Jadi semua yg dilakukan oleh pemain musik atau penyanyi akan tercermin dalam musik yg dibawakannya.
Ketiga, semua orang yg terlibat dalam pelayanan musik dalam gereja harus ingat bahwa mereka melayani Allah, janganlah mencoba untuk meninggikan diri sendiri.
Tetapi dengan rendah hati memberikan semua yg mereka punyai, baik bakat, talenta dan sebagainya bagi Allah. Ingat, ini bukan berarti kita harus berpuas diri dan tidak usah belajar lagi, karena semua sudah diserahkan kepada Roh Kudus. Justru kita harus meningkatkan diri agar pelayanan musik makin meningkat dan makin sempurna. Kesempurnaan harus selalu kita kejar.
-THE END-