Memimpin puji-pujian adalah suatu “Seni” yang perlu dipelajari, ditekuni, dan dipraktekkan, dimana hal ini tidak bisa didapat secara cepat dan mudah tetapi melalui proses yang cukup lama dan itu tergantung individu. Ada yang secara cepat belajar dari pengalaman (kesalahan-kesalahan pribadi selama memimpin dan ada juga yang belajar dari pengalaman kesalahan orang lain).
Sebagaimana seorang pengkhotbah belajar bagaimana memperbaiki cara berkomunikasi didalam menyampaikan firman dan seorang pengajar mencari jalan untuk memperbaiki cara mengajarnya sehingga lebih efektif, hal inipun juga berlaku bagi seorang pemimpin puji-pujian.
KEBUTUHAN AKAN PEMIMPIN PUJIAN.
1. Pemimpin pujian harus seorang worshipper, bukan seorang yang suka menyembah tetapi
seorang penyembah.
seorang penyembah.
2. Kehidupan rohani yang baik (dewasa), bukan seorang yang baru bertobat.
3. Harus mengenaly style dari puji-pujian gereja atau persekutuannya.
4. Mempunyai level musikalitas tertentu (skill).
5. Mempunyai nama baik didalam gereja/persekutuan.
6. Harus bisa membaur sebagai bagian dari team tersebut.
7. Harus bisa menekuni bidangnya.
8. Mempunyai personalitas yang hangat dan ramah (menyenangkan) bukan yang introvert.
KEMAMPUAN SEORANG PEMIMPIN PUJIAN:
Semakin mampu bernyanyi semakin baik.
1. Mampu bernyanyi.
2. Didalam memimpin pujian harus tetap pada nada suara satu (melody tsb) kecuali jika
singernya menyanyikan suara satu maka kemudian baru pemimpin pujian bisa melakukan
improvisasinya.
3. Bisa menguasai keadaan kalau lagunya salah kunci.
4. Menguasai tempo dan macam-macam irama dari lagu yang dinyanyikan (stabil didalam
tempo).
5. Bisa memulai sebuah lagu dengan irama dari yang tepat sekalipun dari berhenti.
6. Mampu berkomunikasi dengan pemain musik serta singers (dengan memakai bahasa tanda).
PETUNJUK PRAKTIS DALAM MEMIMPIN PUJIAN:
1. Bina hubungan baik dengan team pujian:
- Jangan memperbaiki kesalahan dan berdebat di depan umum.
- Berlatihlah dengan pemain musik.
- Memberi aba-aba tangan yang mudah diikuti.
Tulislah daftar lagu-lagu yang akan dinyanyikan beserta kunci-kuncinya di sehelai kertas.
2. Jangan terlalu banyak berbicara:
- Ajak jemaat ketika memulai penyembahan (jangan menganggap mereka semua sudah
tahu). Ini harus dilakukan dengan baik agar tidak memakan waktu terlalu lama.
- Dengan banyak berbicara saudara bisa mengganggu jalannya “flow”.
- Ajar dan berkata-katalah dengan lembut, jangan menegur (condem).
- Berbicaralah mengenai Allah dan bukan dirimu.
3. Pilihlah lagu-lagu dengan teliti:
- Berhati-hati dengan lagu-lagu yang berubah-ubah iramanya, juga jangan berulang-ulang
menyanyikan lagu yang brgnti-ganti iramanya, mis: dari lagu yang bertempo cepat,
kemudian berganti menjadi lambat, atau dari lagu yang berthema sukacita menjadi
peperangan rohani.
- Pilihlah lagu ekstra yang dibutuhkan untuk berjaga-jaga.
- Ijinkan Tuhan bekerja. Mungkin saudara tidak perlu menyanyikan semua lagu yang telah
dipersiapkan.
Kuasailah Lagu-Lagu Yang Saudara Pilih.
- Jangan menyanyikan lagu-lagu yang saudraa belum/tidak biasa menyanyikannya.
- Jangan mempraktekkan lagu-lagu yang belum dikuasai karena bisa membuat suasana
menjadi kacau.
- Memimpin dengan tegas dan jelas (pasti).
- Saudara harus memimpin dan bukan jemaat dan pemain musik.
- Cara yang terbaik ialah dengan menggunakan suaramu, jangan takut untuk mengambil not
(memulai) karena ini penting.
- Jemaat tidak akan mempunyai keyakinan terhadapa orang yang lemah didalam memimpin
(weak leadership). Pimpinlah juga dengan seluruh tubuhmu dan juga wajahmu.
- Secara garis besarnya saudara harus menyanyikan lagu-lagu dengan utuh. Improvisasi
bisa dilakukan dan mempertimbangakan dan mempertimbangkan harominssi dan harus
ada singer yang menyanyikan lagu utuhnya.
- Relakslah, tersenyum, jadilah seperti dirimu sendiri (natural), penampilan yang menarik.
- Pimpinlah jemaat kepada Tuhan (fokus) dan bukan kepada dirimu.
Sensitif Kepada Flow Dan Timing Roh Kudus.
- Mulailah dengan membangunkan iman dan kepercayaan mereka.
- Saudara bisa mencoba untuk mengajaka pemain musik untuk menyanyikan “the song of the
Lord” Taw.25:2.
- Jangan takut untuk berdiam diri pada saat-saat tertentu dimana saudara rasa Roh Kudus
memimpin.
- Sensitif akan klimaks. Setiap pujian selalu ada klimaksnya dan kalau sudah sampai pada
klimaksnya harus berhenti berarti jemaat sudah siap menerima Firman Tuhan.